Senin, 09 Desember 2013


Endometriosis Bukan Penyakit Ibu-ibu, Bisa Juga Dialami Gadis Remaja 

 

Jakarta, Endometrisis antara lain ditandai nyeri pada saat haid dan pada saat melakukan hubungan intim. Konsumsi pil KB bisa sedikit mengurangi keluhan, sehingga kerap kali endometriosis diidentikkan dialami oleh ibu-ibu saja. Padahal gadis remaja juga bisa terkena penyakit ini.

"Ini bisa muncul saat remaja putri pertama mengalami menstruasi. Tapi kan masih banyak yang menganggap enteng nyeri haid sehingga tidak berobat dan baru ketahuan saat sudah lebih dewasa, misalnya saat memeriksakan kesuburan," kata Prof. Dr. dr. Ali Baziad, SpOG(K), Kepala Divisi Endokrinologi Reproduksi, Departemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan, FKUI/RSCM.

Hal itu disampaikan dia saat ditemui detikHealth beberapa waktu lalu di Brawijaya Woman and Children Hospital, Jl Taman Brawijaya No 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dan ditulis pada Rabu (2/10/2013).

Dikutip dari endometrosis.org, masih banyak pula dokter yang meyakini endometriosis jarang terjadi pada remaja dan wanita muda. Ini yang membuat tidak dipertimbangkannya diagnosis endometriosis ketika remaja dan wanita muda datang dan mengeluhkan gejala seperti nyeri haid , nyeri panggul, atau nyeri saat berhubungan seks. 

Sebelum pengenalan laparoskopi pada 1970-an, endometriosis hanya bisa didiagnosis saat laparotomi, yakni operasi besar dengan sayatan 10-15 cmke dalam perut. Laparotomi dilakukan pada perempuan yang telah mengalami keluhan parah atau mengalami masalah ketidaksuburan. Umumnya perempuan usia 30-an hingga 40-an tahun yang menjalani operasi tersebut, sehingga endometriosis diidentikkan sebagai penyakit ibu-ibu. Padahal bisa jadi penyakit ini sudah muncul sejak remaja, hanya saja gejalanya diabaikan.

Kesadaran bahwa endometriosis bisa terjadi pada remaja dan wanita muda muncul setelah dilakukan penelitian oleh kelompok pemberi dukungan pada endometriosis tingkat nasional di Amerika pada pertengahan 1980. Penelitian itu menarik perhatian beberapa ginekolog terkemuka pada 1990-an, seperti Dr Marc Laufer dari Rumah Sakit Anak Boston yang kemudian melakukan studi tentang remaja dengan nyeri panggul kronis. Salah satu studi menunjukkan bahwa remaja dengan nyeri panggul kronis dan tidak diatasi dengan pil kontrasepsi maupun obat anti peradangan non steroid memiliki prevalensi tinggi endometriosis, yakni hingga 70 persen.

Baru-baru ini Global Study of Women’s Health yang dilakukan di 16 titik di sepuluh negara menunjukkan bahwa dua per tiga perempuan mencari bantuan untuk mengatasi gejala endometriosis sebelum usia 30 tahun. Banyak dari mereka yang mengalami gejala tersebut sejak menstruasi pertamanya.

 

Oleh: Dea Tristianti XII Tkj 1/14.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar