Minggu, 08 Desember 2013

** PENYAKIT KECANDUAN GAME **

Kecanduan Internet

 


Intisari-Online.com – Internet telah menjadi bagian dari kehidupan modern. Di kantor, di rumah, dan bahkan di kamar tidur, banyak orang merasa perlu untuk selalu terhubung ke internet. Hati-hati dengan kebiasaan ini, bisa-bisa Anda terkena penyakit kecanduan internet.
The International Encyclopedia of the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) memasukkan kecanduan internet sebagai penyakit. Gangguan mental ini dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.
Para psikolog mengatakan, gejala kecanduan internet sangat mirip dengan gejala kencanduan lainnya.  Yang dapat menyebabkan depresi emosional, kesulitan dalam berkonsentrasi, dan penyebab apatis.
Seseorang yang sering berselancar internet akan lebih suka berada di depan layar komputer, gadget, atau tablet, daripada bertatap muka dengan orang lain. Kadang-kadang kecanduan internet bisa mematikan. Beberapa waktu lalu, di Taiwan orang yang kecanduan internet menghabiskan waktu di depan komputer selama 40 jam nonstop ditemukan tewas.
Seperti dilaporkan Genius Beauty, Australia merupakan salah satu negara pertama yang mengakui bahwa kecanduan internet adalah penyakit. Ahli setempat percaya bahwa kelompok yang paling berisiko termasuk anak-anak, yang kecanduan game komputer.


Awas, Penyakit Ancam Pecandu 'Game Online'
  Sudah hampir empat jam do'i, 13 tahun, asyik di depan komputer sebuah warnet. Perhatian pelajar Kelas VII SMP itu terbetot pada game Pointblank. Bersama beberapa rekannya dia terlihat menikmati game online yang menggambarkan perang antara polisi dan teroris ini. Sesekali suaranya berseru, “Tembaaak!”

Begitu satu teroris mati, dia girang bukan main. Mukanya gembira. Sebatang rokok yang sedang menyala di asbak diambilnya. Dia irup dalam-dalam sambil mengepulkannya beberapa kali.

Pergi ke warnet dan bermain game telah dilakoni do'i sejak masih duduk di bangku kelas IV SD. Warnet selalu menjadi tujuannya usai pulang sekolah. Dia betah berlama-lama di warnet bahkan dari siang hingga malam. Pola makannya tak lagi teratur. Kadang-kadang cuma makan mi ayam, bakso, atau siomai. “Makannya dari tukang yang lewat,” ujarnya.

Sering juga dia melewatkan waktu-waktunya dengan lupa makan. Tak mengherankan jika usai bermain game dia merasa badannya capek dan lemah. Mukanya pun terlihat pucat. “Sering lupa makan,” ucap remaja bertubuh kurus ini.

Menurut guru besar ilmu pediatri Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Mohammad Juffrie, SpAK, Phd., apa yang dialami do'i bisa jadi tanda dari kecanduan game. Sebuah game, kata dia, biasanya di-set-up sedemikian rupa sehingga orang dipaksa terus-menerus memainkannya. Ini karena game memiliki level-level yang semakin meningkat dengan lawan atau pasangan serentak di berbagai tempat (multiplayer online games). Permainan seperti itu lazimnya menyajikan kisah di dunia maya yang tak pernah terselesaikan, sehingga menumbuhkan rasa penasaran.

Di balik kesenangan yang diberikan, kecanduan game bisa sangat membahayakan kesehatan. Dengan duduk berjam-jam terhanyut dalam permainan, pola makan anak-anak pecandu game biasanya jadi tidak teratur. Mereka jadi lupa dan tak mempedulikan waktu makan. Di sisi lain kondisi fisik akan sangat dikuras karena mereka sebetulnya berpikir juga. “Makan jadi tidak teratur, banyak penyakit yang datang,” kata Juffrie.

Dokter yang berpraktek di RS Jogja International Hospital ini menerangkan saat seseorang tidak makan, sementara energi harus dikeluarkan, gula darah dalam tubuh akan turun. Nah tubuh akan mengkompensasi kondisi ini dengan mengambil cadangan energi dari lemak serta protein. Secara terus-menerus keadaan ini akan membuat jumlah asam laktat dalam tubuh meningkat. “Maka akan terganggulah sistem tubuh, seperti otak dan jantung,” ujar Juffrie.

Dia menambahkan, kebiasaan menunda atau tidak makan yang biasa dilakukan pecandu game juga bisa meningkatkan produksi asal lambung. Pada gilirannya penyakit-penyakit akibat tingginya asam lambung akan mengintai seperti gastritis.

Dampak buruk kecanduan game bisa juga mewujud dengan kebiasaan ngemil terus-menerus. Ini terjadi bisanya pada anak yang bermain game di rumah. Anak-anak pun rawan terkena berbagai penyakit seperti obesitas dan diabetes.

Juffrie mengungkapkan sebuah penelitian tentang kecanduan game pada siswa pernah dilakukan pada beberapa sekolah dasar di Yogyakarta. Hasilnya, 25 persen siswa SD yang duduk di Kelas V tersebut mengalami obesitas. Sebanyak 45 persen siswa dari angka itu mengalami tensi meninggi, sehingga mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi jumlah normal insulin tidak memadai untuk menghasilkan respons insulin normal dari sel lemak, sel otot, dan sel hati. Beragam penyakit bisa hadir akibat resistensi insulin seperti kolesterol tinggi, diabetes, atau obesitas. “Bayangkan, itu adalah penyakit yang biasanya datang pada umur 40 tahun ke atas, tapi ini terjadi pada usia sekolah dasar,” ujar Juffrie.

Berlama-lama di depan layar komputer juga menimbulkan risiko lainnya: mata akan terpapar sinar ultraviolet tinggi. Mata anak-anak akan cepat rusak. Tak aneh jika anak-anak pecandu game yang biasa berlama-lama menatap layar monitor mempunyai mata yang tidak normal. Belum lagi jika kondisi warnet/game station kotor, pengap, dan penuh asap rokok. Beragam penyakit yang diakibatkan virus, bakteri, ataupun paparan asap rokok dijamin bisa membahayakan kesehatan anak.

Menurut sebuah penelitian, bermain game bisa memicu meningkatnya zat dopamine di dalam otak. Sebuah studi di Hammersmith Hospital, sebuah rumah sakit di London, Inggris, menunjukkan bahwa peningkatan kadar dopamine sama dengan meningkatnya kadar amphetamine, yang dapat menyebabkan kecanduan. Meningkatnya amphetamine inilah yang membuat para pemain menjadi asyik.

Namanya sudah kecanduan menjadikan kebiasaan ini sulit dihilangkan. Tak mengengangkan bila di luar negeri telah ada panti rehabilitasi untuk pecandu game. Di panti penyembuhan kecanduan game, Smith & Jones, di Amsterdam, Belanda, contohnya, pecandu yang menjalani penyembuhan adalah mereka yang sampai mengabaikan kehidupan sehari-hari, seperti sekolah, bekerja, bergaul, kebersihan, dan kesehatan pribadi, untuk sekadar tetap bermain sambil mengkonsumsi minuman penambah tenaga supaya tidak lelah dan jatuh tertidur.

Di Indonesia, panti semacam itu belum ada. Demi menghindari anak-anak dari kecanduan game dengan berbagai dampak buruknya, Juffrie menilai pengarahan orang tua pada anak-anak sangat diperlukan. Selain itu, orang tua juga seharusnya mampu menciptakan suasana rumah serta suasana belajar jauh lebih menyenangkan ketimbang bermain game. Sesekali bermain game boleh-boleh saja. “Tapi jadikan itu sebagai bentuk rekreasi, misalnya sepekan sekali boleh main game. Itu juga harus game yang mendidik,” ujar Juffrie.

                                                                                                       
Kecanduan Internet Masuk Daftar Penyakit Psikologi 
Anak yang kecanduan internet, pada Mei mendatang akan digolongkan memiliki penyakit mental yang serius. Seperti dikutip dari laman Sun Herald, gangguan penggunaan internet ini akan dimasukkan dalam golongan DSM IV atau Diagnostik Manual dan Statistik Gangguan Mental.

Diagnostik tersebut termasuk orang-orang yang kecanduan dengan smarthphone, seperti penggunaan komputer tablet maupun desktop. Ilmuwan Autralia yang tergabung dalam Psychological Society Australia menyampaikan klasifikasi tambahan tentang kecanduan permainan internet ini.

Pada Mei mendatang, pengguna gangguan internet akan terdaftar sebagai kondisi yang direkomendasikan untuk dipelajari lebih lanjut. Oleh para ahli tersebut, kecanduan diartikan sebagai mental yang 'harus selalu' menggunakan game internet ini. Fenomena ini sudah banyak melanda banyak negara selama dekade terakhir, di mana akses internet murah dan makin banyaknya muncul smartphone.

Mike Kyrios dari Swinburne University of Technology, yang membantu penulisan pengajuan gangguan ini, mengatakan penelitian diinvestasikan untuk gangguan tersebut. Penelitian ini memungkinkan para profesional kesehatan mendiagnosa anak-anak dengan perilaku adiktif dari penggunaan teknologi yang berlebihan itu. Dan kemudian mengarah ke pengobatan yang tepat.

"Game untuk anak-anak adalah masalah yang jelas. Tapi secara keseluruhan, penggunaan teknologi bisa menjadi masalah potensial," ujarnya.

Begitu juga dengan psikolog Emil Hodzic yang kerap menangani anak-anak yang kecanduan video game. Dia mengatakan pernah menangani klien muda yang berumur 12 tahun yang sedang kecanduan internet dan video game. "Tanda yang paling khas dari kecanduan ini adalah gejala penarikan diri, sehingga ekspresi marah atau frustasi akan muncul ketika ia tidak bisa bermain," ujarnya.

Lain halnya dengan psikiater Rhosel Lenroot yang memberikan catatan kepada media massa. "Saya kira itu memang berbahaya kalau kita tidak fokus untuk memperhatikan permasalahan ini. Tetapi di lain hal tidak ada yang salah dengan teknologi," katanya.
Para pakar psikologi Amerika, secara resmi menyatakan kekhawatiran mereka terhadap efek yang ditimbulkan dari kebiasaan sejumlah orang yang sangat gemar bermain game online. Mereka menganggap penyakit yang ditimbulkan akibat kecanduan game online harus segera diatasi karena bisa mengakibatkan penyakit kejiwaan yang cukup parah.


Para pakar medis itu mengatakan, ‘cukup’ untuk permainan game online karena permainan itu sudah menjadi candu layaknya seseorang terikat dengan narkoba. Penyakit ketergantungan dan kecanduan berat seperti itu menurut mereka akan menjadi pintu berbagai penyakit jiwa yang lainnya. Berikut ini beberapa dampak buruk kecanduan game online secara sosial, fisik, dan psikis.

Secara Sosial
Hubungan dengan teman, keluarga jadi renggan karena wwaktu bersama mereka menjadi jauh berkurang. Pergaulan kita hanya di game online saja, sehingga membuat para pecandu game online jadi terisolir dari teman-teman dan lingkungan pergaulan nyata. Ketrampilan sosial berkurang, sehingga semakin merasa suli berhubungan dengan orang lain. Perilaku jadi kasar dan agresif karena terpengaruh oleh apa yang kita lihat dan mainkan di game online. Secara Psikis
Pikiran kita jadi terus menerus memikirkan game yang sedang kita mainkan. kita jadi sulit konsentrasi terhadap studi, pekerjaan, sering bolos atau menghindari pekerjaan. membuat kita jadi cuek, acuh tak acuh, kurang pedui terhadap hal-hal yang terjadi di sekeliling kita. melakukan apa pun demi bisa bermain game, seperti berbohong, mencuri uang, dll. terbiasa hanya berinteraksi satu arah dengan komputer membuat kita jadi tertutup, sulit mengekspresikan diri ketika berasa di lingkungan nyata.



Secara Psikis
Pikiran kita jadi terus menerus memikirkan game yang sedang kita mainkan. Kita jadi sulit konsentrasi terhadap studi, pekerjaan, sering bolos atau menghindari pekerjaan. Membuat kita jadi cuek, acuh tak acuh, kurang peduli terhadap hal-hal yang terjadi di sekeliling kita. Melakukan apa pun demi bisa bermain game, seperti berbohong, mencuri uang, dll. Terbiasa hanya berinteraksi satu arah dengan komputer membuat kita jadi tertutup, sulit mengekspresikan diri ketika berada di lingkungan nyata.
 


Secara Fisik
Terkena paparan cahaya radiasi komputer dapat merusak saraf mata dan otak
Kesehatan jantung menurun akibat bergadang 24 jam bermain game online. Ginjal dan lambung juga terpengaruh akibat banyak duduk, kurang minum,lupa makan karena keasyikan main. Berat badan menurun karena lupa makan, atau bisa juga bertambah karena banyak ngemil dan kurang olahraga. Mudah lelah ketika melakukan aktivitas fisik, kesehatan tubuh menurun akibat kurang olahraga, penglihatan terganggu, pingsan karena lemas. Yang paling parah adalah dapat mengakibatkan kematian


 POSTED BY  :  DANI PRASTYO W  XII TKJ 1 / 12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar