Selasa, 10 Desember 2013

Tekanan Darah Tinggi

Penyakit darah tinggi atau hipertensi ternyata mulai mengintai usia anak dan remaja. Perubahan pola makan dinilai menjadi salah satu penyebab anak mulai terkena hipertensi. 

"Hipertensi memang mulai ditemukan pada usia muda, tapi belum menjadi kekhawatiran," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama pada peringatan Hari Kesehatan Dunia, Kamis (4/4/2013), di Jakarta. 

Tjandra menjelaskan, konsumsi junk food dan makanan cepat saji dengan kandungan gula dan garam yang tinggi menjadi pemicu kasus hipertensi pada usia dini. Jumlah penderita hipertensi anak di Indonesia sejauh ini belum dapat diketahui secara pasti. 

Tekanan darah tinggi pada usia dini dapat berakibat serius pada proses belajar dan tumbuh kembang anak. Tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko timbulnya kegemukan atau obesitas. Bila anak kelebihan berat badan, gerak dan aktivitasnya menjadi terbatas. 

Akibatnya, anak cenderung malas belajar dan bergerak. Anak yang jarang bergerak akan memupuk kolesterol dalam pembuluh darahnya. Alhasil, kadar kolesterol dalam darah akan semakin tinggi dan berefek pada meningkatnya tekanan darah. 

Jika pola makan tidak sehat terus berlanjut, maka tekanan darah semakin meningkat. Hal ini dapat menjadi lebih parah apabila kondisi hipertensi tidak terdiagnosis dan diobati. Kondisi ini membuka pintu bagi penyakit tidak menular (PTM) seperti gagal jantung dan stroke. Jantung dan otak merupakan organ yang menjadi sasaran utama penyakit darah tinggi. 

Berdasarkan rekomendasi Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hipertensi pada anak adalah suatu keadaan ketika tekanan darah sistolik dan atau diastolik rata-rata berada pada persentil besar sama dengan 95 menurut usia dan jenis kelamin, yang dilakukan paling sedikit tiga kali pengukuran.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajatnya adalah hipertensi ringan, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik berada 10 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus remaja 150/100-159/109 mmHg). Hipertensi sedang, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik lebih besar dari 20 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus remaja besar dari 160/110 mmHg).

Tekanan yang terlalu tinggi menyebabkan jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, terjadi gagal jantung. Kegagalan ini menghambat asupan oksigen dan nutrisi ke otak yang berakibat stroke. 

Hal ini tentu menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa yang bergantung pada kualitas generasi muda. Apalagi laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada orang dewasa hipertensi menjadi 51 persen penyebab kematian akibat stroke, dan 45 persen kematian karena jantung koroner.
Pencegahan.
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya. Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension Society 2004 mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US National High BP Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi sebagai berikut:
·        Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).
·        Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).
·        Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
·        Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih dari 2 unit/hari pada perempuan.
·        Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per hari).
Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih baik.

Perubahan Gaya Hidup
Penanganan tipe pertama untuk hipertensi identik dengan menganjurkan perubahan gaya hidup yang bersifat pencegahan dan meliputi perubahan diet, olah raga, dan penurunan berat badan. Semua perubahan ini telah terbukti menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang dengan hipertensi. Jika hipertensi cukup tinggi dan memerlukan pemberian obat segera, perubahan gaya hidup tetap disarankan. Berbagai program diiklankan dapat mengurangi hipertensi dan dirancang untuk mengurangi tekanan psikologis misalnya biofeedback, relaksasi, atau meditasi. Namun, secara umum belum ada penelitian yang secara ilmiah mendukung efektivitas program ini, karena penelitian yang ada masih berkualitas rendah.
Perubahan asupan diet seperti diet rendah natrium sangat bermanfaat. Diet rendah natrium jangka panjang (lebih dari 4 minggu) pada Kaukasia efektif menurunkan tekanan darah, baik pada penderita hipertensi maupun pada orang dengan tekanan darah normal. Selain itu, diet DASH, suatu diet kaya kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, unggas, buah, dan sayuran, yang dipromosikan oleh National Heart, Lung, and Blood Institute, menurunkan tekanan darah. Keistimewaan utama dari program ini adalah membatasi asupan natrium, namun demikian diet ini kaya [kalium]],magnesiumkalsium, dan protein.

Pengobatan

Saat ini tersedia beberapa golongan obat yang secara keseluruhan disebut obat antihipertensi, untuk pengobatan hipertensi. Risiko kardiovaskuler (termasuk risiko infark miokard dan stroke) dan hasil pemeriksaan tekanan darah menjadi pertimbangan ketika meresepkan obat. Jika pengobatan dimulai, Seventh Joint National Committee on High Blood Pressure (JNC-7) dari National Heart, Lung, and Blood Institute menyarankan agar dokter memonitor respons pasien terhadap pengobatan serta menilai apakah terjadi efek samping akibat obat yang digunakan. Penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg dapat mengurangi risiko stroke sebesar 34% dan risiko penyakit jantung iskemik hingga 21%. Penurunan tekanan darah juga dapat mengurangi kemungkinan demensia, gagal jantung, dan mortalitas yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.Pengobatan harus ditujukan untuk mengurangi tekanan darah hingga kurang dari 140/90 mmHg untuk sebagian besar orang, dan lebih rendah lagi untuk mereka yang memiliki diabetes atau penyakit ginjal. Sejumlah praktisi medis menyarankan agar tekanan darah dijaga pada level di bawah 120/80 mmHg.Jika tekanan darah yang diharapkan tidak tercapai, maka diperlukan pengobatan lebih lanjut.
Pedoman mengenai pilihan obat dan cara terbaik untuk menentukan pengobatan untuk berbagai sub-kelompok pun berubah seiring berjalannya waktu dan berbeda-beda di berbagai negara. Para ahli berbeda pendapat mengenai pengobatan terbaik untuk hipertensi.Pedoman Kolaborasi Cochrane, World Health Organization, dan Amerika Serikat mendukung diuretik golongan tiazid dosis rendah sebagai terapi pilihan untuk lini pertama.Pedoman di Inggris menekankan penghambat kanal kalsium (calcium channel blocker/CCB) untuk orang yang berusia di atas 55 tahun atau yang berdarah Afrika atau Karibia. Pedoman ini menyarankan penghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin-converting enzyme inhibitor/ACEI) yang merupakan obat pilihan yang dianjurkan untuk pengobatan lini pertama pasien berusia muda. Di Jepang, pengobatan dianggap wajar apabila dimulai dengan satu dari 6 golongan obat termasuk: CCB, ACEI/ARB, diuretik tiazid, penghambat reseptor beta, dan penghambat reseptor alfa. Di Kanada semua obat ini, kecuali penghambat reseptor alfa, dianjurkan sebagai lini pertama yang dapat digunakan.

Kombinasi obat

Banyak orang memerlukan lebih dari satu obat untuk mengendalikan hipertensi mereka. Pedoman JNC dan ESH-ESC menyarankan untuk memulai pengobatan dengan dua macam obat apabila tekanan darah lebih dari 20 mmHg di atas target tekanan darah sistolik atau lebih dari 10 mmHg di atas target diastolik. Kombinasi yang lebih dipilih adalah penghambat sistem renin–angiotensin dengan antagonis kalsium, atau penghambat sistem renin–angiotensin dengan diuretik.Kombinasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
·        Penghambat kanal kalsium dengan diuretik
·        Penghambat beta dengan diuretik
·        Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan penghambat reseptor beta
·        Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan verapamil atau diltiazem
Kombinasi yang tidak boleh digunakan adalah sebagai berikut:
·        Penghambat kanal kalsium non-dihidropiridin (seperti verapamil atau diltiazem) dengan penghambat reseptor beta
·        Dua jenis penghambat sistem renin–angiotensin (contohnya, penghambat enzim konversi angiotensin + penghambat reseptor angiotensin)
·        Penghambat sistem renin–angiotensin dan penghambat reseptor beta
·        Penghambat reseptor beta dan obat anti-adrenergik. 
Hindari kombinasi penghambat ACE atau antagonis reseptor angiotensin II, diuretik, dan OAINS (termasuk penghambat COX-2 selektif dan obat bebas tanpa resep seperti ibuprofen) jika tidak mendesak, karena tingginya risiko gagal ginjal akut. Istilah awam dari kombinasi ini adalah "triple whammy" dalam literatur kesehatan Australia.Tersedia tablet yang mengandung kombinasi tetap dari dua golongan obat tersebut. Meskipun nyaman dikonsumsi, obat-obatan tersebut sebaiknya tidak diberikan untuk pasien yang biasa menjalani terapi dengan komponen obat tunggal.

Pasien Usia Lanjut

Pengobatan hipertensi pada hipertensi sedang hingga berat menurunkan tingkat kematian dan efek samping kardiovaskuler pada pasien usia 60 tahun ke atas. Pada pasien yang berusia lebih dari 80 tahun pengobatan tampaknya tidak mengurangi tingkat kematian secara bermakna namun mengurangi risiko penyakit jantung.Target tekanan darah yang direkomendasikan adalah kurang dari 140/90 mm Hg dengan diuretik tiazid sebagai obat pilihan di Amerika Serikat.Pada versi revisi pedoman Inggris, penghambat kanal kalsium merupakan obat pilihan dengan target hasil pemeriksaan secara klinis kurang dari 150/90 mmHg, atau kurang dari 145/85 mmHg pada pemantauan dengan tekanan darah ambulatori atau di rumah.

Hipertensi resisten

Hipertensi resisten adalah hipertensi yang terus berada di atas target tekanan darah, meskipun telah digunakan tiga obat antihipertensi sekaligus dari golongan obat antihipertensi yang berbeda. Pedoman pengobatan hipertensi resisten telah dipublikasikan di Inggris and the US.

Nama  :Agus Dwi Cahyo

Kelas   :XII TKJ 1/04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar